Kamis, 24 September 2015

Manusia Urip, Arep, Urap, Urup

        Sedikit menjelaskan tentang alasan saya menggunakan istilah 'Urip, Arep, Urap, Urup' sebagai judul blog ini. Istilah tersebut saya dapatkan dalam buku berjudul Markesot Bertutur karangan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Markesot adalah tokoh fiktif yang digambarkan memiliki jiwa yang luas dan dalam. Kritis dan arif dalam menyikapi berbagai problema kehidupan. Menjadi keranjang sampah, menerima luapan keluh kesah, sekaligus mendidik moral orang-orang di sekitarnya. Di sini, kita akan coba mengulas lagi arti dan makna dari judul blog tersebut.

       Urip dalam bahasa Indonesia berarti hidup. Ya, hidup yang kita kenal sekarang. Hidup di dunia, bernafas, butuh makan, butuh teman, dan lain sebagainya. Arep berarti mau. Manusia itu selalu punya kemauan dan kehendak. Mau sukses, mau kaya, mau dapat nilai bagus, mau pasangan yang cantik, tampan, mau jabatan, mau kekuasaan, dan masih banyak mau mau lainnya yang tak perlu disebutkan secara panjang lebar di sini. Intinya semua kemauan itu adalah ego dan nafsu. Nafsu manusia akan dunia yang begitu menyilaukan.

        Selanjutnya adalah urap. Urap adalah makanan yang terdiri dari berbagai macam rebusan sayur yang dicampur dan ditambahkan sambal kelapa. Urap merupakan analogi kehidupan. Dalam hidup, kita akan bertemu, bercampur, bergesekan, berinteraksi dengan berbagai jenis manusia. Berjodoh dengan berbagai macam takdir kehidupan. Berkreasi dalam mengolah rasa menanggapi itu semua. Kita akan lancar menghadapi urap manakala kita telah bisa menakhlukkan arep yang ada pada diri kita. Semakin cerdas kita memanajemen arep atau ego kita, semakin bijak kita dalam menghadapi urap. Nah, ketika kita beres dengan urusan urip, arep dan urap, saatnya kita beralih pada urup.

        Urup berarti nyala. Menyalakan hati kita untuk melihat cahayaNya. Mengganti segala orientasi hidup kita akan dunia menjadi orientasi akhirat. Menyalakan kesadaran akan singkatnya hidup dan adanya pertanggugjawaban atas polah tingkah kita. Sadar betul bahwa tujuan pengembaraan hidup ini hanya untuk pulang. Pulang pada Sang Pemilik Hidup, pencipta segala macam rasa dan rupa, tempat menggantungkan segala macam urusan dan perkara. Ialah Allah, Sang Maha. Terminal akhir akan perjalanan (yang tampaknya) panjang bagi kita.

        Nah, seperti judulnya, InsyaAllah nantinya blog ini akan berisi berbagai macam tulisan . Mulai dari perkara hidup 'secuil tempe' hingga suatu hal yang otak saya sendiri tak bisa membayangkannya. Saya tidak ingin terlalu mengklasifikasikan dan mengategorikan blog ini sebagai sesuatu. Karena anda dan saya adalah makhluk multidimensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar